SyekhAhmad Ar-Rifai adalah tokoh sufi pendiri Tarikat Rifa’iyyah. Beliau lahir dengan nama Ahmad bin Shalih pada bulan Muharram tahun 500 Hijriah/ September 1106. Riwayat lain mengatakan beliau lahir pada bulan Rajab tahun 512 H/ Oktober-November 1118 Masehi di Marokko. Sumber lain menyebutkan beliau lahir di Qaryah Hassan, dekat Basrah di Irak. loading...Kisah santri cerdas yang akhirnya jadi penjual arang ini layak kita jadikan hikmah dan pelajaran berharga. Foto ilustrasi/Ist Kisah ini didapat dari Syekh Muhammad bin Ali Ba'atiyah dari gurunya Al-Habib Abdullah bin Shodiq Al-Habsyi. Beliau dapat dari gurunya benama Al-Habib Abdullah bin Umar As-Syatiri sekaligus tokoh yang dimaksud dalam cerita ini mengajarkan kita tentang pentingnya adab dan akhlak terutama bagi penuntut ilmu. Kisah tragis seorang santri di Tarim ini layak kita jadikan hikmah. Sepintar dan sehebat apapun hafalannya tidak akan berkah jika tak punya adab kepada gurunya. Seperti kalam para ulama "Dahulukan akhlak sebelum ilmu. Dengan ahlaklah kamu bisa memahami ilmu." Baca Juga Dikisahkan, di Tarim Yaman terdapat sebuah pesantren bernama Rubath Tarim. Pesantren ini sangat masyhur dan telah melahirkan puluhan ribu ulama dan dai yang tersebar di seluruh dunia. Di sana para santri diajarkan berbagai macam ilmu, khususnya spesifikasi ilmu fiqh sebagai pesantren itu pula ada seorang santri sebut saja namanya "Fulan". Si Fulan ini adalah santri yang sudah menetap 13 tahun bersama Habib Abdullah bin Umar As-Syatiri. Ia sangat cerdas, hafalannya kuat, tangkas dan rajin hingga dikatakan bahwa ia menjadi santri yang sudah mencapai derajat Mufti saking pintarnya. ia juga hafal semua masalah fiqhiyah yang terdapat dalam Kitab "Tuhtatul Muhtaj", sebuah kitab yang tebalnya 10 jilid cetakan Darud Diyak atau 4 jilid cetakan darul Kutub Ilmiyah. Kesehariannya di pesantren, si Fulan ini disukai oleh teman-temannya sebab ia dibutuhkan oleh rekannya untuk menjelaskan pelajaran yang belum dipahami serta mengajar kitab-kitab lainnya. 13 tahun menjadi santri Rubath Tarim tentu saja hampir dipastikan kapasitasnya ia termasuk ulama besar. Namanya pun tersohor hingga keluar pesantren bahwa ia termasuk calon ulama besar yang akan muncul akhirnya setan mengelabui si Fulan, iapun merasa orang yang paling alim. Bahkan ia merasa kualitas dirinya sejajar dengan kealiman guru besarnya. Tidak cukup sampai di situ, kesombongan itu berlanjut hingga ia berani memanggil gurunya dengan namanya saja "Ya Abdullah". Dimata para ahli ilmu panggilan ini merupakan tindakan yang sangat tercela dan kesombongan yang سيدي الشيخ محمد بن علي باعطية الدوعني من نادى شيخه باسمه لم يمت حتى يذوق الفقر المعنوي من العلم"Barang siapa yang memangil gurunya dengan sebutan namanya langsung tidak mengagungkannya ketika memanggil maka dia tak akan meninggal kecuali sudah merasakan hidup yang faqir baik dalam ilmu maupun material." Melihat kesombongan si Fulan, Al-Habib Abdullah As-Syatiri sabar dan memilih diam saja. Syekh Muhammad bin Ali Ba’atiyah mengatakan; "Diamnya seorang guru saat muridnya tidak sopan pada gurunya tetap akan mendapatkan azab dari Allah". Keluar Tanpa Izin GurunyaKesombongan itupun berlanjut, si Fulan pada suatu hari akan keluar dari Rubath Tarim untuk menuju Kota Mukalla untuk berdakwah. Ia pun keluar dari pesantren begitu saja tanpa izin kepada Al-Habib Abdullah As-Syatiri, hingga pada saat “Madras Ribath” sebutan untuk pengajian rutinan di Rubath Tarim, Habib Abdullah menanyakan perihal keberadaan si Fulan yang biasanya duduk di depan namun tidak kelihatan. "Kemanakah si Fulan?" Sebagian murid yang mengetahui menjawab "Si Fulan sedang berdakwah ke Kota Mukalla." Habib berkata, "Apakah dia izin kepadaku?" Sontak murid yang lain diam saja. Dan Habib Abdullah kemudian berkata "Baiklah, kalau begitu biarkan si Fulan pergi akan tetapi ilmunya tetap di sini."Di Kota Mukalla Yaman, para ahli ilmu dan para pecinta Habib Abdullah Syatiri yang mendengar bahwa si Fulan santri senior Rubath Tarim akan mengisi ceramah di Masjid Baumar Mukalla, merekapun berbondong-bondong datang, mereka pun mempersilakan si Fulan untuk memberikan Fulan naik ke mimbar dan memulai isi ceramahnya, ia memulai dengan basmalah, hamdalah, hkepada Nabi, amma ba'du. Kemudian ia membaca sebuah ayatوما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون٥٦ وما أريد منهم من رزق وما أريد أن يطعمون ٥٧ إن الله هو الرزاق ذو القوت المتين ٥٨ سورة الذارياتKetika ingin menjelaskan ayat ini, si Fulan tiba-tiba terdiam seperti kayu yang berdiri tegak dan kebingungan. Ia tak mampu berbicara menjelaskan ayat tersebut. Hingga dia duduk lima menit dan hanya terdiam di hadapan jamaah. Hingga akhirnya dia duduk menangis karena semua ilmu yang pernah ia hafal hilang seketika. Bahkan kitab kecil Safinatun Najah tak hafal satu kalimat pun apa lagi kitab Tuhfah yang awalnya telah dihafal. Ketika di Ribat bagaikan unta yang sangat bagus mahal hargaya karena mempunyai keistimewaan dan kelebihan yang melihatnya kaget melihat hal itu. Salah satu ahli ilmu di Kota Mukalla yaitu Habib Abdullah Sodiq Al Habsyi yang pernah mondok mencari di Ribat Tarim selama 9 tahun mengerti bahwa pasti ada sesuatu yang tidak beres dari si Fulan. Kemudian datanglah kabar bahwasanya si Fulan telah isa'atul adab berbuat kurang baik terhadab gurunya. Ia pun bertanya pada si Fulan, setelah mendengar penjelasannya, si ahli ilmu menasehati agar ia si Fulan minta maaf pada sang maha sudah dikuasai oleh setan, iapun enggan untuk tawadhu’ dan minta maaf pada sang guru. Hidupnya pun bertambah tragis, ilmunya sudah hilang dan tanpa ada keluarga yang mau menerimanya tanpa teman yang peduli pada nasibnya. Hingga akhirnya ia hidup dalam keadaan sangat miskin di pinggiran Kota Mukalla dan sehari-hari menjadi penjual Arang di toko area pasar.

Suatusore tepatnya pada kajian al-Hikam, seorang guru mempersilakan santrinya untuk bertanya. Seorang santri dengan sigap mengacungkan tangannya dan mohon ijin bicara. Sang guru pun mempersilakan. Bukannya mengajukan pertanyaan, ternyata santri ini malah memanfaatkan momen langka tersebut untuk mempromosikan dagangannya. Otomatis sang

Dalam belajar atau menuntut ilmu di pondok pesantren, ada adab-adab yang harus dilaksanakan oleh santri, antara lain adab santri terhadap kiai guru, agar santri dapat berhasil dan mendapatkan ilmu yang banyak dan barokah, santri harus melaksanakan adab yang sudah ditentukan. Disini saya akan sedikit berbagi ilmu dari pengalaman yang diberikan bapak kiai kepada saya, ada 10 adab murid kepada guru, yaitu 1. Murid harus mempunyai iktikad, maksudnya murid tidak akan berhasil kecuali melalui guru, jika murid akan pindah pada guru lain, hal itu menjadi sebab terhijabnya atau terhalangnya nur hudayah guru, kecuali dapat izin dari guru. 2. Harus pasrah apa yang diridhoi guru, serta patuh kepada guru dan bersungguh-sungguh ridho dan ikhlas hati karena Allah, tidak bisa berhasil kecuali taat dan patuh pada guru. 3. Apa bila ada pertentangan atau beda pendapat keinginannya murid dengan guru, baik semua masalah atau sebagian, maka murid harus meninggalkan keinginannya itu, karena menentang guru sama saja menghilangkan barokah dan menjadi suul khotimah akhir yang tidak baik, kecuali guru memberi kebebasan pada murid. 4. Harus menjauhi apa yang tidak disukai guru dan ikut benci apa yang tidak disukai guru. 5. Jangan sekali-kali menerjemahkan mimpi atau lambang-lambang, lebih baik ditanyakan guru terlebih dahulu, tetapi jangan sekali-kali bertanya tentang jawabannya dan lebih baik menunggu jawabannya lain hari, dan apabila tidak ada jawaban lebih baik diam saja, jika guru tidak memberi jawaban itu adalah hikmahnya dan apabila murid disuruh guru untuk menerangkan sesuatu, maka murid harus cepat-cepat menjawab secukupnya saja, jangan bertele-tele atau banyak bicara. 6. Berbicara pelan didepan majelis atau dalam rumah guru, dan jangan sekali-sekali banyak bicara atau tanya jawab kepada guru, karena dapat terhijabnya atau tertutupnya nur hidayah dan itu tidak termasuk adab yang baik. 7. Apabila hendak kerumah guru jangan sampai tiba-tiba, lebih baik bertanya atau memberi tahu terlebih dahulu kepada guru, dan jangan kerumah guru apabila guru masih beristirahat, dan apabila kerumah guru bilang seperlunya saja, dan apabila guru menyuruh pulang nanti saja, murid harus mengikuti perintah guru. 8. Jangan sekali-sekali menyembunyikan sesuatu hal kepada guru, dan apabila kita dibilangi didawuhi jangan sekali-sekali ditambah atau dikurangi sedikitpun karena itu ada barokahnya. 9. Murid tidak boleh merubah perkataan gurunya kepada orang lain, dan tidak boleh disampaikan kepada orang lain, apabila tidak ada izin dari guru. 10. Tidak boleh berprasangka jelek kepada guru dan tidak boleh membicarakan kesalahannya guru, murid tidak boleh kecewa sama guru, jika keinginannya tidak dipenuhi, karena kalau guru itu mencegah, itu pasti ada hikmahnya, dan jika disuruh guru, maka cepat-cepat segera melakukannya meskipun itu berat. Dan jika murid ada kebutuhan dengan guru, jangan sekali-sekali menitipkan surat pada orang lain, lebih baik datang kerumah guru langsung dan bilang baik-baik kalau guru disuruh kerumah murid, dan jangan sekali-sekali memaksa, lebih baik minta kelonggaran. Jika guru tidak bisa datang jasmaninya, yang penting dapat doa restunya guru, dan jangan sekali-sekali bilang kalau pak kiai itu guru saya tetapi sekarang tidak guru saya karena sudah tidak mengajar saya. Murid harus menyukai guru dan keluarganya, karena putra putrinya guru itu seperti keluarga sendiri, karena guru itu bapak rohaninya seorang murid, dan bapak kandungnya adalah bapak jasmaninya murid. Dan apabila seorang santri atau murid dapat memahami dan mengamalkan adab atau tatakrama yang ada diatas ini dan ilmu-ilmu yang ada didalamnya, maka bisa tambah makrifatnya, mahabah dan barokah, serta mendapatkan khusnul khotimah akhir yang baik. Selepaslulus dari pesantren di tahun 2018, ia mengabdikan dirinya kepada masyarakat di desanya, yakni Leran Kulon, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Ia memulai pengabdiannya dengan membentuk sebuah komunitas yang ia beri nama Paguyuban Santri Kalong Palang. Saat ini paguyuban telah berganti nama menjadi Santri Kalong Nusantara.

403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID NU-hgIK8jkt5zFa_fQSqlVckQrKwfdYZCn1ijn2_8V7RuwoG2noezg==

KisahAisyah binti Abu Bakr Menikah Dengan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam. Ketika Allah Ta’ala memberikan beban amanah yang berat kepada nabi, maka di saat itu juga Allah Ta’ala menghadirkan pendamping hidup yang dapat dijadikan sebagai penyejuk mata dan pelipur lara. Proses pernikahan Rasulullah dengan Aisyah sangatlah indah. Konon, suatu ketika Habib Umar Bin Abdurahman Al-Atthos RA Penyusun Ratib Al-Atthos sedang duduk bersama para santrinya. Ada satu santri yang bernama Syekh Ali Baaros RA sedang duduk di sampingnya sambil memijit kaki sang guru itu. Habib Umar terdiam sesaat dan berkata kepada santrinya “Kita kedatangan tamu istimewa, Nabi Khidir AS. Sekarang beliau sudah berada di gerbang depan.” Mendengar dawuh sang guru, para santri berhamburan menuju gerbang depan menyambut kehadiran Nabi Khidir AS. Kecuali Syekh Ali Baaros. Lalu Habib Umar Bin Abdurrahman bertanya kepada Syekh Ali Baaros “Ya Ali, kenapa kau tidak menyambut Nabi Khidir bersama teman-temanmu yang lain?” Syekh Ali Baaros menjawab “Wahai guru, Nabi Khidir AS datang sengaja menemuimu. Untuk apa aku lepaskan tanganku dari kakimu karena kedudukanmu yaitu sebagai guru di mataku sebagai murid jauh lebih mulia dibandingkan Nabi Khidir” Mendengar jawaban dari muridnya seperti itu, lalu berucaplah Habib Umar “Tidak akan aku terima hadiah Fatihah dari siapapun untukku kecuali disertai dengan nama Ali Baaros. Ini bukti keridhoanku kepadanya!” Dengan keridhoan guru, Syekh Ali Baaros yang berguru puluhan tahun kepada Habib Umar dengan berkhidmat dan mengabdi di kemudian hari bisa menjadi ulama besar yang banyak memberi manfaat kepada umat. Kemuliaan guru seperti orang tua kita. Namun, rahasia dunia ada pada kedua orang tua, sedang rahasia akhirat ada pada tangan guru. “Law Laa Murobbi Ma Aroftu Robbi” Jika bukan karena pendidik/guru, maka aku tidak akan mengenal Tuhanku
KitabTa’limul Muta’allim – Pesantren adalah sebuah tempat pendidikan tradisional yang para muridnya tinggal bersama dan belajar di bawah pengawasan dan bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kiyai. Selain sebagai tempat belajar, pesantren juga menjadi tempat menginap atau asrama para santri.. Karena inilah, dari dulu pesantren diyakini menjadi tempat
loading...Ustaz Miftah el-Banjary, Dai yang juga pakar ilmu linguistik Arab dan Tafsir Al-Quran asal Banjar Kalimantan Selatan. Foto/Ist Ustaz Miftah el-BanjaryPakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur'anDikisahkan di Tarim Yaman terdapat satu pesantren yang terkenal bernama "Rubath Tarim". Pesantren ini telah melahirkan puluhan ribu ulama yang tersebar di seluruh dunia. Di sana para santri diajarkan berbagai macam ilmu, khususnya spesifikasi ilmu Fiqh sebagai pesantren itu pula ada seorang santri , sebut saja namanya "Fulan". Fulan ini merupakan seorang santri yang menetap 13 tahun bersama Habib Abdullah bin Umar as-Syatiri dan sangat cerdas, kuat hafalannya, tangkas dan rajin. Ia menjadi santri yang sudah mencapai derajat Mufti saking pintarnya. Ia juga hafal semua Mas'alah Fiqhiyah yang terdapat dalam Kitab "Tuhtatul Muhtaj" sebuah kitab yang tebalnya 10 jilid cetakan Darul Diyha atau 4 jilid cetakan Darul Kutub Ilmiyah. Baca Juga Kesehariannya di pesantren, si Fulan ini disukai oleh teman-temannya, sebab ia dibutuhkan oleh rekannya untuk menjelaskan pelajaran yang belum dipahami serta mengajar kitab kitab lainnya. Hampir 13 tahun menjadi santri Rubath Tarim tentu saja hampir dipastikan kapasitasnya ia termasuk ulama besar . Namanya pun tersohor hingga keluar pesantren bahwa ia termasuk calon ulama besar yang akan muncul akhirnya Setan mengelabui si Fulan, ia pun merasa orang yang paling Alim. Bahkan ia merasa kualitas dirinya sejajar dengan kealiman guru besarnya. Tidak cukup sampai di situ, kesombongan itu berlanjut hingga ia berani memanggil gurunya dengan namanya saja "Ya Abdullah Duhai Abdullah"! Na'udzubillahi min dzalik. Di mata para Ahli ilmu, hal ini merupakan tindakan yang sangat sangat tercela dan kesombongan yang سيدي الشيخ محمد بن علي باعطية الدوعني من نادى شيخه باسمه لم يمت حتى يذوق الفقر المعنوي من العلم"Barang siapa ya memangil gurunya dengan sebutan namanya langsung tidak mengagungkannya ketika memanggil maka dia tak akan meninggal, kecuali sudah merasakan hidup yang faqir baik dalam ilmu maupun materi." Melihat kesombongan si Fulan, Habib Abdullah As-Syatiri sabar dan memilih diam saja. Syidi Syeikh Muhammad bin Ali Ba’atiyah mengatakan "Diamnya seorang guru saat muridnya tidak sopan pada gurunya, tetap akan mendapatkan Adzab dari Allah."Kesombongan itupun berlanjut, si Fulan pada suatu hari akan keluar dari Rubath Tarim menuju Kota Mukalla untuk berdakwah. Ia pun keluar dari pesantren begitu saja tanpa minta izin kepada Habib Abdullah As-Syatiri. Hingga pada saat "Madras Ribath" sebutan untuk pengajian rutinan di rubath Tarim, Habib Abdullah menanyakan keberadaan si Fulan yang biasanya duduk di depan, namun tidak kelihatan. "Kemanakah si Fulan?" Sebagian murid yang mengetahui menjawab "Si Fulan sedang berdakwah ke Kota Mukalla". Habib berkata "Apakah dia izin kepadaku?", sontak murid yang lain diam saja. Dan Habib Abdullah kemudian berkata "Baiklah, kalau begitu biarkan si Fulan pergi akan tetapi ilmunya tetap di sini!"Di sisi lain di Kota Mukalla Yaman, para ahli ilmu dan thalibul ilim dan para pecinta Habib Abdullah as-Syatiri yang mendengar bahwa si Fulan santri senior Rubath Tarim akan mengisi ceramah di Masjid Baumar Mukalla Qadim, mereka pun berbondong-bondong datang, mereka pun mempersilakan si Fulan untuk memberikan Fulan naik ke mimbar dan memulai isi ceramahnya, ia memulai dengan "Basmalah, hamdalah, shalawat kepada Nabi amma ba'du. Kemudian ia membaca sebuah ayatوما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون٥٦ وما أريد منهم من رزق وما أريد أن يطعمون ٥٧ إن الله هو الرزاق ذو القوت المتين ٥٨ سورة الذارياتKetika ingin menjelaskan ayat ini. Namun, ternyata dia terdiam seperti kayu yang berdiri tegak dan kebingungan tak mampu berbicara menjelaskan ayat tersebut. Hingga dia duduk lima menit dia terdiam di hadapan jamaah di hadapannya dia menoleh ke jamaah dan mereka juga memandang si Fulan. Hingga akhirnya dia duduk menangis karena semua ilmu yang pernah ia hafal hilang seketika. Bahkan kitab kecil Safinatun Najah tak hafal satu kalimat pun apa lagi kitab Tuhfah yang awalnya telah dihafal .Ketika di Ribat bagaikan unta yang sangat mahal hargaya karena mempunyai keistimewaan dan kelebihan sendiri. Jamaah yang melihatnya kaget melihat itu. Salah satu ahli ilmu di Kota Mukalla yaitu Habib Abdullah Sodiq Al-Habsyi, beliau pernah mondok mencari ilmu di Ribat Tarim selama 9 tahun beliau mengerti bahwa pasti ada sesuatu yang tidak beres dari si Fulan. Kemudian datanglah kabar bahwa si Fulan telah isa'atul adab berbuat kurang baik terhadap gurunya. Ia pun bertanya pada si Fulan, setelah mendengar penjelasannya, si ahli ilmu menasehati agar ia si Fulan minta maaf pada sang maha sudah dikuasai oleh setan, ia pun enggan untuk tawadhu dan minta maaf pada sang guru . Hidupnya pun bertambah tragis, ilmunya sudah hilang dan tanpa ada keluarga yang mau menerimanya tanpa teman yang peduli pada nasibnya.
. 291 48 227 0 336 436 264 203

kisah santri yang taat pada guru